Komisi IV Dorong Industri Sarang Walet Jadi Komoditas Ekspor Unggulan

21-03-2019 / KOMISI IV
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan saat memimpin Tim Kunker Komisi IV DPR meninjau PT. Faicheung Birdnest Industry eksportir walet di Ketapang, Kalbar. Foto: Anne/jk

 

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan mendorong industri sarang walet menjadi komoditas ekspor unggulan di sektor non-migas. Selain potensi pangsa pasar yang begitu besar, nilai ekonomi sarang walet juga begitu tinggi.

 

“Kita ingin sarang walet bisa menjadi kekuatan ekspor, khususnya di Kalimantan Barat, sehingga bisa menambah kekuatan ekonomi daerah," papar Daniel di sela-sela memimpin Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI ke PT. Faicheung Birdnest Industry ssbagai salah satu eksportir walet di Ketapang, Kalbar, Rabu (20/3/2019).

 

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menuturkan komoditas sarang walet sangat menjanjikan, karena tidak semua negara bisa memproduksi sarang walet. Khusus di Ketapang, terdapat lebih dari 2000 rumah wallet, di mana 1 rumah bisa memproduksi sarang wallet rata-rata 10-15 kg/ bulan.

 

“Ini potensi serius yang harus dipikirkan, sehingga menjadi pendapatan asli daerah dan otomatis menambah tenaga kerja. Karena itu kita harus sama-sama memikirkan bagaimana 20 ton itu bisa menjadi kekuatan ekspor resmi dari Ketapang,” kata politisi dapil Kalbar itu.

 

Dirinya juga mendorong pemerintah untuk aktif memfasilitasi para petani walet dan para eksportir dengan kerja sama yang konkret antarnegara. Mengingat produksi tinggi namun potensi ekspor belum optimal. Seperti halnya di Ketapang, potensi ekspor hanya mencapai 600 kg/ tahun, padahal pasar Tiongkok mampu menyerap 1000 ton/ bulan.

 

Direktur PT. Faicheung Birdnest Industry David Ringgo menyebutkan, saat ini ekspornya difokuskan untuk memenuhi kebutuhan di Tiongkok. Ia mengakui bahwa persyaratan sanitary dan phytisanitary yang dipersyaratkan karantina Tiongkok cukup memakan waktu dan tenaga.

 

Karena harus dilakukan penilaian langsung dari otoritas Tiongkok, namun pihaknya sudah melewati semua proses tersebut. Menurutnya fokus saat ini adalah menyediakan bahan mentah sesuai dengan jumlah dan kualitas yang memadai.

 

Sementara itu, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Badan Karantina Pertanian, Agus Sunanto yakin industri sarang walet akan terus naik, mengingat potensi yang ada dan kebutuhan pasar yang terus meningkat. Dari data pusat Barantan, total ekspor nasional sarang burung walet pada tahun 2018 tercatat dikirim ke 27 negara, dengan total volume sebanyak 1.591,47 ton.

 

Menurutnya, persaingan harga antar negara juga mempengaruhi jumlah ekspor. "Tujuan Tiongkok memang persyaratan karantinanya lebih susah, tapi harganya juga hampir dua kali lipat, kita akan bantu terbaik untuk petani dan eksportir," jelasnya.

 

Dari data yang ada perbandingan harga antara tujuan Tiongkok dengan negara lain hampir setengahnya, rata-rata tujuan selain tiongkok harganya berkisar Rp 25 juta per kilogram, sedangkan tujuan Tiongkok rata-rata Rp 40 juta per kilogram. (ann/sf)

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...